Sunday, November 22, 2009

SUARAKU (jilid 1)

Sebelum operasi hemimaksilektomi dan hemimandibulektomi dektra ada yang bilang suaraku bagus dan seksi. Itu kata temen dunia mayaku yang dari Singkawang, Mazda namanya. Aku gak tau itu nama dia yang sebenernya atau samaran. Yang jelas dia ngakunya begitu. Hampir tiap malam waktu kita selalu telfon-telfonan. Kita berkenalan sudah sejak tahun 2003, yaitu waktu kita sama-sama sedang mengerjakan Tugas Akhir. Dia kuliah disalah satu perguruan tinggi di Pontianak sedangkan aku di Universitas Diponegoro Semarang.

Pada bulan Maret 2007 aku menjalani operasi hemimaksilektomi dan hemimandibulektomi yaitu pengangkatan rahang atas dan rahang bawahku sebelah kanan. Sehingga aku sama sekali tidak bisa mengeluarkan suaraku. Aku masuk ke ICU selama 7 hari. Hari-hari di ICU sungguh merupakan hari yang sangat menyiksa. Karena hari pertama kali aku sadar dari obat bius dan tidak bisa mengeluarkan suara sama sekali. Tangan kananku diikat dan diinfus.Dan mulutku ngeces melulu karena gak bisa nutup.
Hari pertama di ICU, yang aku ingat aku mendengar suara-suara para dokter memanggilku dan menginstruksikan aku untuk bernafas. Hari itu aku merasakan adanya dr Ilham(dokter idolaku waktu itu)menjengukku dan menyuruhku untuk tarik nafas pelan-pelan. Gak tau itu beneran dr Ilham atau gak. Tapi suaranyalah yang aku ingat dan menuntunku untuk berusaha untuk bernafas.

Hari kedua, aku merasakan sakit yang luar biasa pada pipi, kerongkongan dan pada dadaku. Pada pipi karena biusnya sakitnya udah hilang. Pada kerongkongan dan dadaku nyeri karena alat bantu nafas terpasang. Bener-bener ganjel banget dech...Pada saat itu pula aku baru sadar aku gak bisa ngomong. Dan saat itu pula aku jadi down. Ternyata sangat amat susah hidup tanpa bisa berbicara. Waktu itu pagi hari rombongan dokter bedah tumor datang untuk mengecek keadaanku. Dr Enos bilang ke aku kalo untuk sementara aku gak boleh ngomong dan emang sementara tidak bisa ngomong dulu.

Hari ketiga, aku berusaha untuk mengeluh ke suster dan dr anestesi saat aku merasakan sakit. Tapi apa daya aku gak boleh dan gak bisa ngomong jadi keluhanku ga bisa didengar mereka. Aku cuma bisa menangis karena kesakitan tapi susternya diam aja. Pada waktu salah satu suster datang menghampiri aku aku berusaha komunikasi lewat isyarat tanganku dan bilang minta pulpen dan kertas. Setelah diambilin aku jadi bingung, karena aku harus menulis dengan tangan kiri. Pada saat itu aku tidak boleh menoleh ke kanan karena lukanya ada di sebelah kanan dan aku juga tidak bisa menduduk karena badanku terpasang alat. Jadi aku menulis tanpa melihat kertas yang aku. Dan hasilnya, ternyata tulisanku berantakan dan gak bisa terbaca. Susternya waktu itu kebetulan suster yang judes, akupun di omelin, "Tulisan apa ini? Udah..diem, nulis aja gak bisa tapi sok-sokan pingin nulis". Pada saat itu juga aku kaget dan syok dengan sikap suster dan akhirnya akupun ngedrop dan alat pendeteksipun nyala. "Ting..ting..ting..ting.." itu tandanya tensi turun dan gak nafas. Dokterpun datang dan menginstruksikan aku untuk menarik nafas pelan-pelan,"Tarik nafas El.ayo..tarik nafas pelan-pelan ya..." kata dokter anestesi. Anehnya saat itu aku sangat sulit sekali bernafas padahal dalam keadaan normal hal itu sangat mudah aku lakukan. Tapi aku berusaha untuk menarik nafas dan menghitung tiap nafasku sampai aku tertidur. Selama di ICU tidurku gak pernah nyenyak, sebab tiap kali tidur aku selalu terbangun dengan alat pendeteksi nafas. Aku selalu takut kalo itu suara dari alat yang terpasang di tubuhku.

Hari keempat, aku mulai batuk-batuk. Kalo batuk sedang melandaku dadaku sakit banget. Aku semaleman gak bisa tidur karena batukku makin menjadi-jadi. Tiap kali batuk suster datang membawa suction untuk menyedot kalo ada cairan yang menyumbat saluran pernafasan. Tapi mereka tidak menemukan apa-apa alias kering. Dr Murni memberi resep obat batuk. Oia...dr Murni adalah my heroku selama aku di ICU. Beliau selalu setia mengunjungi aku padahal waktu itu. Dr Murni baik banget ma aku. Aku selalu menantikan datangnya pagi yaitu datangnya dr Murni, dia mau mendengar keluhanku.Dan mau berusaha membaca tulisanku yang kayak cacing karena pakai tangan kiri. Kalo dengan dr Murni aku menulis huruf 1 demi satu dan beliau merangkainya. Aku senang banget dengan keramahannya.
Malam hari ke -4 batukku makin menjadi saja, aku sama sekali gak bisa tidur. Karena uhuk-uhuk semaleman. Bener-bener menguras tenagaku saja.
Hari kelima, pagi harinya waktu dr Murni datang aku ngomong lewat tulisanku kalo 2 hari gak bisa tidur karena batuk. Dr Murni langsung memberikan aku obat tidur. Waktu aku bilang gak betah di ICU dr Murni menyemangati aku supaya tetap bertahan sampai hari ke-6 atau 7. Pada hari itu beliau mau membuka tampon yang ada dimulutku. Dimulutku terpasang tampon dari kassa. Fungsinya untuk menghindari pendarahan yang berlanjut. Sehingga mulutku saat itu tidak bisa dipakai untuk makan.Aku cuma bisa konsumsi makanan cair yaitu selang NGT yang terpasang di hidungku. Dr Murni selalu menyemangati aku, aku jadi senang. Selain dr Murni ada suster Eko yang baik, setiap pagi suster eko dan suster PKL nya selalu membersihkan tubuhku dengan mengelap seluruh tubuhku, sehingga aku merasa segar. Suster Eko selalu cerita kalo keluargaku masih menunggu diluar. Jadi aku harus tetap semangat supaya bisa cepat pulih tenaganya.Suster Eko menyiapkan huruf Alfabet untuk komunikasi dengan aku.
Walaupun sudah diberi obat tidur tapi seharian aku masih gak bisa tidur karena batukku makin menjadi-jadi. Sampai malam hari ke-5 aku berada dipuncak batukku. Waktu itu ada dokter jaga yang ganteng dan aku gak tau namanya. Yang jelas suster judes sampai genitnya minta ampun. Aneh banget, biasanya suster judes itu kalo dapat jatah malam datang langsung nyalain tv dan mendekati pasien cuma pas alat pendeteksi berbunyi. Tapi malam itu dianya mau mendekati aku karena mendengar batukku. "Mungkin cari perhatian ma dokter kali .."batinku.
Tuh suster teriak-teriak memanggil dokter jaga itu dan berbicara dengan genit banget, "Nie anak batuk terus dari kemarin lho dok..kenapa yach"
"Coba ambilkan suction!!"perintah dokter
"Dari kemarin sudah di suction tapi gak ada apa-apa kok"
" Ada vaselin gak? disuction sambil diberi vaselin maksudku. cepetan ambil.."perintah dokter jaga dengan intonasi yang agak keras.
Suster genit itupun mengambilkan apa yang diminta dokter.
Dokter ganteng itupun akhirnya mensuctionku dan dia menemukan sesuatu yang keras dan gak bisa terangkat oleh suction. Dan diapun menambahkan vaselin lagi dan " pletaaaaaaaaaak.." keluar padatan keluar dari selang nafas yang dipasang dihidungku.
"Watauuuuuu" kata dokter.
Suster genit ketawa dengan genitnya. "Kasian deh lu...udah nolong tapi kena getahnya."
"Yah..beginilah nasib seorang dokter"katanya.
Setelah kejadian itu akupun sembuh dari batukku dan aku malam itu bisa tidur dengan nyenyaknya. Ada suster yang udah tua ramah banget, dia mengganti selimutku dengan selimut tebal.
Hari ke-6, pagi hari itu aku masih sangat nyenyak. Susterpun menyibini aku yang masih ngantuk-ngantuk. Selesai disibini aku tertidur pulas lagi. Sampai aku gak tau kalo dr Murni datang. Dia menghampiriku dan membangunkanku cuma untuk bilang "El, nanti kita cabut tamponnya ya..mungkin agak siangan. Dah..tidur lagi gak papa kok"
Aku cuma menjawabnya dengan anggukan kepala dan tidur lagi.
Siang harinya tepatnya abis dhuhur dr Murni datang dan menyiapkan semuanya. Diapun memberi instruksi ke aku untuk membuka mulutku lebar-lebar dan aku disuruh memberi isyarat kalo aku kecapekan membuka mulut. Dr Murni mulai mengambil satu demi satu kassa /tampon yang menempel di langit-langit mulutku. Akhirnya setelah semuanya kelar diapun membersihkan mulutku dengan telaten.
"Dah...tar dr Anestesi mo melakukan intubasi. Intubasi itu menngangkat alat bantu nafas yang terpasang sekarang. Biar Elisa bisa cepet balik ke ruangan ya.." kata dr Murni.
Hari ketujuh dr Anestesi mulai mempersiapkan untuk mengintubasi aku. Aku waktu mendengar kata intubasi rasanya senang banget karena itu artinya aku mau keluar dari tempat yang membuat aku gak berdaya.
Tapi..setelah mendengar instruksi dokter aku jadi ngeri karena pasti sakit rasanya. Dan benar..sakit banget. Pertama dr Anestesi mensuctionku kemudian memasukkan tali panjang yang mana alat pemancing untuk mengangkat alat yang ada didalamnya. Aku disuruh menahan nafas dan mereka menariknya dengan cepat supaya rasa sakit yang aku rasakan minimal. Tetap aja aku merasakan sakit yang luar biasa. Tapi dada dan kerongkonganku jadi agak legaan dan kerasa longgar banget, karena yang selama ini menyekat sudah gak ada. Setelah itu mereka masih memberiku oksigen tapi cuma sebatas sampai di lubang hidung luar saja dan aku disuruh menghirupnya. Itu untuk membersihkan saluran pernafasan.
Siang harinya aku dijemput suster tamara dan suster sari. Mereka menggeledekku menuju ke IRNA A lt.4, yaitu ruangan inap bedah tumor. Duh seneng banget dech rasanya....

No comments: