Sunday, December 1, 2013

ECO ENZIM



Permasalahan

Jumlah sampah yang dihasilkan per hari rata-rata 1 kg orang atau 220.000 ton sampah nasional per hari. Peningkatan produksi sampah ini sangat mempengaruhi trend global warming yang memicu terjadinya perubahan iklim dan diperkirakan akan semakin hebat jika tidak ada upaya untuk menguranginya. Panel Ilmuwan untuk Perubahan iklim (Intergovermental Panel on Climate Change /IPCC) menyatakan bahwa pemanasan global terjadi adalah hasil dari aktivitas manusia (antropogenik). IPPC juga menyebutkan, dua senyawa kimia terbesar yang berkontribusi terjadinya pemanasan global adalah gas karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). Keduanya sebagian besar dihasilkan dari sampah. Setiap 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kilogram gas metana,  maka bisa diketahui jumlah sumbangan sampah untuk pemanasan  global sebesar  8.800 ton CH4 per hari. Para ahli memprediksi kekuatan CH4 memiliki kekuatan 20 kali lipay lebih besar dibandingkan CO2.

Solusi

Setiap hari, aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan menghasilkan limbah atau sampah baik limbah organik maupun non organik. Sebagian besar sampah tersebut dibuang begitu saja langsung ke keranjang atau tong sampah sehingga terakumulasi menjadi banyak.

Jika kita mensikapinya dengan bijak, sampah tersebut dapat dimanfaatkan menjadi sesuatu yang lebih berguna dan memiliki nilai tambah. Salah satunya adalah dengan membuat eco enzim.

 Eco enzim diperkenalkan oleh Dr Rasukon Poompanvong dari Thailand lebih dari 30 tahun yang lalu. Beliau secara efektif meneliti bagaimana mengolah sisa bahan dapur yang tidak berguna menjadi enzim yang ramah lingkungan dan sangat bermanfaat.

Dengan membuat eco enzim dan menggunakannya, kita turut menjaga kondisi tanah dan lingkungan dengan mengurangi sampah dapur, penghasil gas methane yang menyebabkan pemanasan global. Dengan menggunakan cairan pembersih organik Eco-enzim, kita pun ikut andil mengurangi polusi akit penggunaan bahan kimia.

Eco-enzim yang dihasilkan dapat digunakan sebagai detergen, cairan untuk memperlancar saluran limbah dapur dan toilet, cairan pembersih lantai, pelembut pakaian, pengharum ruangan, pengusir serangga, antiseptic dan pupuk organic yang semuanya bersifat ramah lingkungan. Cara membuatnya sangat sederhana dan memakai bahan baku yang sangat mudah diperoleh.

 
Cara Pembuatan

Bahan :

1.     Air    

2.     Gula  (Gula aren/gula jawa/molases)

3.     Sisa sayuran/kulit buah (mentah dan tidak busuk)

4.     Botol plastik atau jerigen

 
Langkah-langkah:

1.     Siapkan air didalam jerigen, masukkan gula aren dan sampah organik dengan perbandingan = 10: 1:3

2.     Fermentasikan selama 90 hari dalam keadaan tertutup rapat. Selama bulan pertama, setiap hari kita harus melepaskan gas yang dihasilkan dengan membuka tutup jerigen (cukup satu kali dalam sehari)

3.     Setelah 90 hari, cairan Eco-enzim siap digunakan.

4.     Ampas pembuatan Eco-enzim dapat dipergunakan sebagai pupuk dan memperbaiki kualitas tanah dengan cara menguburnya dibawah tanah.

 
Reaksi yang terjadi

Selama proses fermentasi, berlangsung reaksi:

CO2 + N2O +O2 à O3 + NO3 + CO3

Setelah proses fermentasi sempurna, barulah eco enzim terbentuk. Selain eco enzim juga menghasilkan residu tersuspensi dibagian bawah yang merupakan sisa sayur dan buah.

 

Penggunaan Eco Enzim

Penggunaan
Enzim
Air
Mencuci/ merendam sayuran dan buah-buahan (direndam 15 menit untuk menghilangkan bahan kimia yang menempel)
1 cc
200 cc
Mengepel lantai (lantai menjadi bersih beraroma segar, serangga berkurang/ hilang)
2 tutup botol enzim
8 liter
Mencuci pakaian
2 tutup botol enzim + 1 sendok detergen
1 ember/ secukupnya
Menguras toilet
1 cc
500 cc
Penyegar udara (dengan cara disemprotkan)
1 cc
500 cc
Mencegah penyumbatan saluran wastafel dan air limbah
1 cc
2 cc
Sebagai desinfektan/ antiseptic untuk membersihkan dan membasuh luka
1 cc
500 cc
Sebagai pupuk
1 cc
500 cc
Pengusir serangga
1 cc
1000 cc

 Sumber : Brosur Yayasan Buddha Tzu Chi " Eco Garbage Enzym"