Tepat tanggal 6 Oktober 2009 aq menjalani operasiku yang ke-12 kali, lebih tepatnya operasi yang ke-7 yang ditangani oleh bedah plastik dengan konsulenku dr Enrina Sp.BP. Kali ini beliau mengambil tindakan Lipo transfer. Sebenernya beliau menyarankan aku untuk merekonstruksi maksilaq dengan menggunakan alat yang namanya Norian. Tapi karena harganya yang terlalu mahal @20juta sedangkan aku diperkirakan membutuhkan 2 norian, jadi totalnya 40 juta. Dan dari pihak yayasan Budha Tzu Chi merasa keberatan dengan harga segitu, maka beliau memakai alternatif Lipo transfer.
Pukul 08.10 wib aku berangkat dari rumah menuju ke kliniknya dr Enrina yang di Plaza ABDA Asia. Setelah berhasil melewati jalanan yang sangat amat macet akhirnya aq sampai di Ultimo Clinik pukul 08.55 wib. Begitu sampai disana ternyata sohibq yang bernama Dwi Ariyani udah sampai duluan di situ. Jadi terharu deh aq-nya. Dia dibela-belain datang ke operasiku dan nungguin aq, padahal harusnya hari itu juga dia dah ngamar ke Gedung A RSCM. Karena Dwi mau di operasi lagi.
Pukul 09.15 wib aq di panggil perawat untuk ganti baju, wah baju yang herus dipakai waktu operasi bagus banget, warnanya pink. Kayaknya itu warna favorit dr Enrina dech...sebab gak jarang aq melihat beliau memakai baju pink, udah gitu buku yang dia terbitkan juga warnanya pink dan pokoknya di Ultimo clinik lebih dominan ke warna pink.
Setelah ganti baju aq disuruh masuk ke ruang operasinya. Disitu semuanya tertata rapi beda banget dengan ruang operasi di RSCM yang terkesan lorong gelap. Dan siapapun yang masuk ke ruang OK RSCM pasti akan merinding dan terkesan kayak ruang jagal.
Perawatnya menyuruh aq untuk tidur di meja operasi dan dr Enrina muncul dari ruangan yang ada disebelahnya. "Halo Elisa..pakabar?"sapanya dengan ramah.
"Alhamdulillah baik dok.."
"Wah..jadinya pakai Lemak ya Lis, padahal dah nunggu lama mo pakai Norian. Kita gambar dulun ya"Kata beliau sambirl menggambar memberi batasan yang mo di kasih lemak.
"Bizna mahal cie dok..."
Lalu beliau menyeterilkan wajah dan perutku dengan mengoleskan betadin. Dr Enrina cekatan banget menyiapkan semuanya dengan dibantu 2 orang perawatnya.
"Kita mulai ya Lis, tar waktu ambil lemak diperut kita bius lokal tapi yang di wajah enggak dibius. Biar hasilnya bagus dan bengkaknya gag besar."
"Iya dok..Moga-moga aja Lisa bisa.."
"PAsti bisa, kan dah sering di operasi. Kamu orangnya kuat banget ya Lis.." selain memberi dorongan semangat beliau juga memujiku.
Beliau mulai dengan menyuntikkan bius ke perutku, lalu menanyaiku "sakit gak Lis?"
"Enggak dok.." jawabku.
Lalu beliau mulai memasukkan alat untuk menyedot lemak yang ada di perutku, aq meronta.
"Lho? sakit ya?"
"Iya dok...sakit"
LAlu dr ENrina menyuntikkan bius lagi keperut dan aku bilang" kalo disuntik gini ga sakit, tapi kalo di masukkin alat tadi sakit dok.."
"Ah Lisa mah senci ma aq nie..masak disuntik ga sakit" katanya sambil bercanda.
"Kita coba lagi ya.."katanya sangat ke ibuan.
"Iya dok..."jwabku sambil berdoa dalam hati dan akhirnya waktu dr Enrina memasukkan alat penyedok lemak aq bisa menahan rasa sakit tadi.Beliau melakukan penyedotan sebanyak 3kali.
Kemudian setelah memindahkan lemak ke alat yang satunya beliau bilang "yang di wajah ini lebih sakit dari yang diperut karena gak pakai bius, tapi tahan ya..Lisa pasti bisa kok"
Dan... wow..sakit banget..aq memejamkan mata sambil dalam hati tetap dzikir.Dr Enrina memindahkan lemak yang tadi diambil sedikit-sedikit ke sela-sela kulitku dengan memasukkan alat pentransfernya. Beliau melakukan semuanya sambil mencoba kontak dengan aq dan memberi tahuku yang sedang ia kerjakan.
Lalu beliau menyuruh perawat untuk mengambilkan cermin supaya aq bisa melihat hasilnya, beliau bilang" kayaknya lipo transfernya ga bisa dilakukan dalam sekali tempo lisa, terutama pada bagian yang ini" beliau menunjukkan area cekungan yang ada di wajahku.
"Yang ini ternyata kulitnya lengket banget ma tulangnya, jadi kalo dibuka sekarang takutnya lemak yang tadi dimasukkan keluar lagi. Jadi 1 bulan lagi kalo lemaknya sudah nyatu baru bisa dilakukan tindakan lagi."
"Dan juga kalo melihat kondisi Lisa kulitnya udah pucat banget, takutnya kulitnya nanti mati"
"Oke dok" kataku sambil menahan rasa sakit diwajahku. Dalam hati aku juga bersyukur, karena kayaknya kalo dilanjutkan lagi aku pasti bakal gak tahan nahan ras sakitnya. Lagi-lagi ternyata Allah emang MAha Adil dan Maha Penyayang.
Dr Enrina lalu memberi instruksi ke perawatnya untuk membersihkan bekas operasi tadi dan menyuruh perawatnya mengompresku dengan NaCl anget. Selain itu dr Enrina memberikan tips2 setelah operasi.
Wah.. lagi-lagi aku makin kagum aja ma dokter cantikku yang ini, beliau begitu smart dan cekatan. Aku suka banget dengan cara mengoperasinya tadi.. yaitu selalu berkomunikasi dengan pasiennya. Aku yang seorang cewek aja seneng diperlakukan gitu apalagi cowok ya..hehe he he..
Setelah perawat membersihkan aku, aku diajak pindah ke ruang tempat tadi aku ganti baju, mereka menyuruhku istrahat dulu kalo aku masih merasakan sakit. Dan dr Enrina datang lagi menanyakan apa yang aku rasakan. beliau lagi-lagi memberi instruksi ke aku supaya minum antibiotik sehari 2x dan minum analgetik kalo merasakan nyeri. Dan juga untuk istirahat dulu.
Sebelum dr Enrina balik ke ruangannya aku bilang" dok..minta surat ijin buat kantor dunk.."
"Oke nanti saya bikinin"
GAk lama setelah dr Enrina keluar, dwi masuk ke ruangan tempat aku istirahat. Dwi membantuku ganti baju. Setelah itu aku keluar dari ruangan karena aku dah merasa kuat dan gak tepar-tepar amat. Begitu sampai di ruang tunggu aku melihat damar dan Hervi. Hervi adalah temennya Damar dan Damar adalah sohibku sejak aku kuliah di D3 Teknik Kimia Undip. Damar langsung mengurusi biaya administrasi operasi. Dan setelah semuanya selesai, Ivo sohib yang kukenal dari RSCM datang, kita langsung pulang ke rumah kontrakanku.
begitu sampai dirumah kita langsung pada makan, karena laper banget. Ivo membuka tas dan mengeluarkan hasil masakannya. Walopun sakit tapi nafsu makanku gak ilang. Alhamdulillah banget kan..Moga-moga aja dengan begitu aku cepet pulih. Amin....
No comments:
Post a Comment