ICU kepanjangan dari Intensive Care Unit. ICU adalah suatu tempat atau unit tersendiri di dalam rumah sakit, yang mempunyai staf khusus, peralatan khusus ditujukan untuk menanggulangi pasien gawat karena penyakit, trauma atau komplikasi-komplikasi.Staf khusus adalah dokter, perawat terlatih atau berpengalaman dalam “intensive Care (perawatan intensif)” yang mampu memberikan pelayanan 24 jam; dokter ahli atau berpengalaman (intensivis) sebagai kepala ICU; tenaga ahli laboratorium diagnostik; tekhnisi alat-alat pemantauan, alat untuk menopang fungsi vital dan alat untuk prosedur diagnostik.
Kali ini aku bercerita tentang kisahku selama di ICU. Dari 14 operasi yang pernah aku jalani, aku masuk ICU 4 kali, yaitu:
1. Pada waktu operasi hemimaksilektomi dan hemimandibulektomi dextra tanggal 20 Maret 2007 oleh dr bahtiar dari bedah onkologi/tumor. Waktu itu aku mengalami pendarahan sehingga harus masuk ICU selama 1 minggu. Itu pertama kalinya aku masuk ICU dan sangat membuatku ketakutan setengah mati, ga bisa tidur dan kedinginan sampai batuk-batuk. Kenapa aku takut? soalnya kanan kiriku ga bisa lolos dari maut alias meninggal.Dan selama disitu setiap saat alat pemantau sering bunyi, yaitu terutama pada pasien yang susah nafas, tekanan darahnya turun dll. Waktu hari pertama dan kedua, alat yang terpasang untuk memantau keadaanku sering bunyi, dan tiap kali itu terjadi aku mendengar dokter memberi instruksi untuk tarik nafas dan lain-lain.Aku bener-bener waspada dan selalu menjaga nafasku sampai akhirnya aku tertidur. Dan terbangun lagi oleh bunyi alat lagi dan lagi. Sampai aku bisa bernafas secara otomatis. Tapi walopun aku sudah bisa otomatis bernafas aku masih juga terbangun oleh suara alat dari pasien lain. Selama di ICU aku selalu menanti pagi saat dokter dari bedah tumor visit, aku selalu bilang ke mereka untuk balik ke ruangan dan ga betah di ICU. Tapi apa daya karena tampon belum boleh dilepas jadi aku tetap harus di ICU. Setelah operasi itu aku jadi ga bisa ngomong karena langit-langitku diambil dan mulutku penuh dengan kasa untuk tampon, tangan kananku terpasang pendeteksi tensi, dan tangan kiriku terpsang jarum infus. Jadi aku tiap mau komunikasi menggunakan tangan kiri dan hasil tulisanku susah banget dibaca, sampai akhirnya ada salah satu suster mempunyai ide menyiapkan alfabet, sehingga aku tinggal menunjuk huruf-huruf yang ada.Di ICU suhunya di setting sedemikian rupa, sehingga berasa dingin, udah gitu di ICU cuma dipakein selimut saja. Karena dada kita tertempel alat-alat. Akupun akhirnya jadi batuk-batuk terus, padahal sudah dikasi obat batuk masih aja batuk itu ga ilang malah makin menjadi-jadi. Tiap kali aku batuk, perawat langsung mensuctionku, untuk mengambil dahak yang ada. Tapi batukku kering dan ga ada dahaknya. Aku mengeluh ke dr murni kalo aku batuk dan sangat mengganggu sampai ga bisa tidur. Dan beliaupun meresepkan obat tidur ke aku. Tapi walopun sudah minum obat tidur aku masih ga bisa tidur. Sampai suatu malam aku batuk ga berhenti-berhenti. Waktu itu ICU di jaga dokter ganteng (kata suster2 yang pada bercanda). Aku sendiri ga liat sampai dia mendekati aku waktu aku batuk. Dia langsung mengambil tindakan mensuctionku, tapi ga ada yang kesedot. Akhirnya dia meminta tolong suster untuk mengambilkan vaselin dan setelah dia menoleskan vaselin ke suction aku pun disuction lagi lama banget sampai ada bunyi "Pletak" dan mengenai tuh dokter. Ga tau apaan itu yang jelas setelah tuh benda keluar aku jadi lega. Dan dokter bilang ke perawat "Wah apes banget deh aku, asli sakit nie..". Dan perawat yang mendampinginya pada ketawa sambil ngucapin selamet. Lalu ada suster nenek-nenek membawakan aku selimut tebal dan akupun bisa tertidur pulas sampai pagi.Hari ke-7 akhirnya dr Murni melepas tampon yang ada dimulutku dan kemudian setelah itu aku di intubasi oleh dokter-dokter anestesi.
2. Rekonstruksi Mandibula tanggal 28 Mei 2008 oleh dr Enrina Diah Sp.BP dan timnya , di ICU selama 3 hari. Kala itu aku masuk ICU dikarenakan operasiku lama yaitu 16 jam. Karena sudah pernah masuk ICU aku sudah gak sekaget waktu pertama kali, tapi tetep aja pengen cepet-cepet keluar dari ICU, karena mikirin biayanya mahal. Dan ASKES cuma mengcover sedikit. Dan yang paling ga tega aku membayangkan yang nungguin aku diluar. Adekku sempat cerita kisah dia waktu nungguin aku di ICU, yang mana setiap saat dokter/perawat memberi resep macm-macem yang harus secepatnya di tebus. Dan pernah tuh obat sudah ditebus, ternyata obat yang dibutuhkan sudah lain lagi. Selain itu alasan aku pingin keluar dari ICU adalah setiap hari di ambil AGD (Analisa Gas Darah)nya. AGD diambil tepat di nadi pergelangan tangan atau di lipatan paha.Cara ngambilnya diputer-puter lain dari pengambilan darah biasanya. Asli sakit banget dech..Setelah di suntik pengambilan AGD tangan atau kaki jadi pegel banget.Dan sakit kalo digerakin.
3. Rekonstruksi Maxila tanggal 31 Juli 2008 masuk ICU selama 5 hari oleh dr Enrina Diah Sp. BP dan timnya, lagi-lagi karena operasinya lama yaitu 12 jam.Kali ini aku lagi-lagi ketakutan. Karena baru semalem di ICU sudah ada 3 orang yang meninggal. Aku selalu dzikir dan berdoa apa saja sampai aku tertidur. Aku bisa tertidur dengan pulas kalo pagi hari sampai siang. Kalo sudah malam, trasa sangat lama dan sepi. Karena cuma ada beberapa dokter dan perawat jaga malam. Masalah biaya, pada waktu itu aku sudah ga mikirin, karena alhamdulillah sebelum ada jadwal aku operasi, aku dapat kabar kalo aku di ACC di bantu oleh yayasan Budha Tzu Chi.Yang penting aku saat itu berusaha supaya kondisiku sebaik mungkin supaya bisa cepet keluar dari dinginnya ICU. Aku selalu menanti kabar aku di intubasi, walopun intubasi itu sangat sakit. Intubasi dilakukan oleh dokter anestesi pada hari ke-5, yaitu dengan mengambil alat yang semula dipasang dihidungku untuk membantu supaya bisa bernafas. Walopun disuruh tahan nafas supaya ga sakit, tetep saja rasanya seperti dicabut nyawaku. Tapi setelah alatnya keluar rasanya lega banget dan kemudian mereka memventilasiku.
4. Rekonstruksi lanjutan yaitu dengan teknik free fat graf oleh dr Parintosa Sp.BP dan timnya. Kala itu aku cuma masuk ICU semalem saja. Mereka menempatkan aku di ICU semalem untuk mengobservasi aku, supaya pemantauannya lebih gampang. Malam itu juga setelah beberapa jam masuk ICU aku langsung di intubasi, yaitu setelah mereka melihat nafasku membaik. Di ICU waktu itu berasa lain dari biasanya, dokter bedah plastik selama semalem mengecek aku selama 4 kali mereka adalah dr Henny, dr intan dan dr ayu. ICU waktu itu berasa ga kayak di ICU, melainkan kaya nonton opera semaleman. Setelah di intubasi aq di ventilasi dan tempat tidurku kepalanya agak ditinggiin, jadi aku bisa melihat pasien yang berada didepanku yaitu kakek-kakek yang rewel dan ga bisa diem. Dia pasien dari urologi. Si kakek pingin dah beberapa kali meronta pingin jalan dan keluar dari ranjangnnya, padahal dia masih dipasang alat pernafasan di hidungnya dan alat-alat masih nempel di seluruh tubuhnya. Dia teriak-teriak terus, tiap kali hampir mau turun perawat langsung datang memegangi kakek agar tetap ditempatnya. Dan perawat yang masih muda teriak-teriak karena selimut tuh kakek lepas dan keliatan dech itunya si kakek. Dan hal itu terjadi beberapa kali. Karena sudah kualahan akhirnya mereka memanggil menantunya untuk masuk ke dalam. Dan diapun dimarahi menantunya itu, soalnya tuh kakek ga mau nurut ma dokter padahal suaminya sudah pontang-panting nyariin uang buat berobat. Pokoknya tuh kakek sampe akhirnya nurut karena habis dimarahi menantunya. Akhirnya tenang juga dan aku bisa tidur, tapi ternyata itu ga berlangsung lama. Di ujung kananku ada pasien lagi yaitu nenek-nenek yang ga bisa diem, entah dia ngigau ato apa aku ga jelas. Yang aku dengar dia seolah-olah sedang pidato didepan suatu forum, suaranya kenceng banget.Itu berlangsung sampai subuh, asli dech..semalem itu lain dari biasanya. Yang biasanya sepi dan menakutkan, tapi semalem ramai oleh ocehan si kakek dan nenek.Pada waktu para perawat membersihkan pasien dengan mengelap badan pasien dengan air hangat ada kejadian heboh. Si kakek yang didepanku pas lagi di elap, itunya berdiri dan teriaklah perawat muda yang menangani kakek, akhirnya dia lari dan minta ganti pasien ma perawat yang udah tua. Dan perawat muda itu akhirnya yang bertugas membersihkan aku.Aku akhirnya baru bisa tidur setelah aku dibersihin perawat karena badan yang tadinya bau darah terasa bersih dan enakan.Dan siangnya aku dijemput petugas dari gedung A untuk dibawa ke ruangan gedung A lt.4.
Pengalaman ini sebisa mungkin ga akan aku lupakan, makanya aku sengaja menulisnya disini sebagai dokumentasi buat aku. Kalo mengingat aku sudah keluar masuk ICU, aku merasa bener-bener bersyukur karena aku bisa melaluinya dan Allah SWT menyayangiku dengan memberiku kesempatan untuk memperbanyak ibadahku. Alhamdulillah..